DEFINISI
DAN LATAR BELAKANG GAMBAR DIAM
Sebuah visual
adalah apa yang dirasakan melalui mata. Sebuah gambar diam adalah jenis visual,
lebih khusus, gambar diam adalah gambar, lukisan, potret, atau foto (Funk &
Wagnall, 1968). Tujuan utama dari gambar diam dalam pendidikan adalah untuk
berkomunikasi. Artinya, biasanya gambar diam digunakan untuk memberikan
informasi secara visual, dan seringkali untuk memperkuat informasi verbal.
Sebuah gambar terdiri dari elemen desain. Elemen desain yang membentuk gambar
meliputi garis, bentuk, tekstur, ruang, dan warna.
Prinsip-prinsip
desain memberikan struktur organisasi di mana untuk menciptakan visualisasi
yang komunikatif, mereka memberikan panduan untuk mendisain elemen (Nelson,
1984). Prinsip-prinsip ini didasarkan pada teori komunikasi dan meliputi:
Keseimbangan
mengacu pada berat elemen desain pada sebuah halaman. Artinya, elemen desain
disusun pada halaman sedemikian rupa sehingga jika halaman dipotong setengah,
kedua sisi halaman akan dianggap sama. Dalam keseimbangan simetris kedua sisi
halaman berisi jumlah yang sama dari elemen yang merupakan ukuran yang sama.
Dalam keseimbangan asimetris unsur-unsur dari kedua sisi halaman tidak sama,
namun, elemen ditempatkan pada halaman sedemikian rupa untuk menciptakan
keseimbangan.
Kesatuan menunjukkan menciptakan hubungan
antara unsur-unsur visual. Hal ini harus dilakukan agar semua elemen desain
dianggap berfungsi bersama-sama. Penekanan menyimpulkan bahwa konsep yang
paling penting yang harus dikomunikasikan ditempatkan sedemikian rupa sehingga
dipandang sebagai pusat perhatian dan perhatian. (Kemp & Dayton, 1985)
Ilustrasi dapat
didefinisikan sebagai gambar, diagram, atau peta, digunakan untuk menjelaskan
ide atau konsep. Tujuan dari gambar, dan ilustrasi, dalam pendidikan adalah
untuk berkomunikasi dalam rangka memfasilitasi pembelajaran. Ilustrasi visual
yang dapat mewakili berbagai tingkat realitas. gambar diam dapat didefinisikan
oleh tingkat realitas yang mereka wakili.
Beberapa studi
telah dilaporkan dalam literature telah diuji tingkat efektifitasnya media
gambar diam terhadap media lainnya. Studi yang dilakukan dibangun atas variasi
dari kondisi pembelajaran dan tujuan instruksionalnya.
Wilkinson
(1980) menyebutkan penelitian Kelly pada tahun 1961 yang menguji penggunaan
filmstrip untuk mengajarkan membaca. Ia membandingkan dua kelompok, yaitu
kelompok eksperimental yang belajar dengan menggunakan filmstrip dan kelompok
terkontrol yang belajar dengan menggunakan metode tradisional. Dari pengujian
ini, Kelly menemukan bahwa ketika diuji dengan tes membaca, kelompok eksperimental
tidak lebih baik dalam pengenalan kata dan membaca kalimat daripada kelompok
yang terkontrol.
Chance
(1960) membandingkan penggunaan transparansi yang digabungkan dengan dosen dan
format pelajaran yang berbentuk diskusi dikelas geometri dengan yang hanya
menggunakan dosen dan format diskusi saja. Ia menemukan kelompok yang
menggunakan transparansi tidak lebih baik dalam ujian akhir daripada kelompok
yang menggunakan dosen dan format diskusi. Chance juga menemukan bahwa
penggunaan transparansi hanya menghemat waktu selama 15 menit dalam setiap
pelajaran.
Pada
tahun 1960an sebuah pendekatan baru mempengaruhi perkembangan dari belajar
mandiri. Para peneliti berusaha keras untuk menemukan metodeuntuk mengembangkan
bahan ajar yang fleksibel dan dapat disajikan dengan berbagai macam cara. Para
peneliti berpendapat bahwa perlu ditemukannya sebuah media yang paling efektif
untuk menyampaikan konsep yang spesifik dalam kondisi apapun (Lumsdaine, 1962).
Selanjutnya
Wells dan lainnya (1973) melakukan penelitian untuk menguji pengaruh dari
berbagai media visual dalam mengajarkan konsep visual yang berbeda-beda. Wells
menemukan bahwa gambar bergerak atau film lebih baik daripada foto yang
berkelanjutan dan slide dalam menyampaikan konsep waktu. Ia menyimpulkan bahwa
konsep visual dari waktu dapat disampaikan dengan baik oleh media yang
memperbolehkan penonton untuk merasakan presentasi yang berkelanjutan. Hasil
penelitian juga menyimpulkan bahwa film lebih efektif untuk menyampaikan konsep
yang mengandung gerakan. Slide lebih baik dalam menyampaikan gerakan daripada
gambar diam. Terakhir, penelitian ini juga mengindikasikan bahwa foto
berkelanjutan dan slide terlihat lebih efektif daripada film dalam menyampaikan
konsep yang mengandung ruang.
Pada
tahun 1966, Otto melakukan studi tindak lanjut untuk menguji perbedaan respon
siswa terhadap informasi yang disampaikan dengan menggunakan gambar hitam putih
dan gambaran verbal dari gambar. Otto menemukan bahwa penyampaian kembali
secara verbal lebih menimbulkan respon sensoris daripada yang gambar hitam
putih lakukan pada informasi yang sama.
Referensi
Ann D. Thompson, Michael
R. Simonson, Constance P. Hargave (1992) A
Review Of The Research Revised Edition, Washington DC: AECT.
0 comments:
Post a Comment