Selamat Datang, Selamat Belajar, Semoga Bermanfaat!

Thursday, August 4, 2011

Posted by nivo's blog On 7:59 PM


A.  Teori Komunikasi Antar Budaya
Kata ‘budaya’ berasal dari bahasa sansekerta buddhayah yang merupakan bentuk jamak antara buddhi, yang berarti ‘budi’ atau ‘akal’. Kebudayaan itu sendiri diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi atau akal.
Istilah ‘culture’ berasal dari kata colere yang artinya adalah mengolah atau mengerjakan, yang dimaksudkan kepada keahlian mengolah atau mengerjakan tanah atau bertani. Kata ‘colere’, kemudian berubah menjadi culture, diartikan sebagai segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah alam (Soekamto, 1996: 188). Komunikasi antarbudaya memiliki perbedaan dari teori komunikasi lainnya yaitu adanya perbedaan latar belakang pengalaman yang relatif besar antara para komunikatornya, yang disebabkan perbedaan kebudayaan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa komunikasi antarbudaya adalah komunikasi antara dua komunikan yang berbeda latar belakang kebudayaan.
Berikut ini adalah beberapa pengertian menurut tokoh ahli.
1.    Andrea L. Rich dan Dennis M. Ogawa dalam buku Larry A. Samovar dan Richard E. Porter Intercultural Communication, A Reader – komunikasi antarbudaya adalah komunikasi antara orang-orang yang berbeda kebudayaan,
misalnya antara suku bangsa, antar etnik dan ras, antar kelas sosial (Samovar dan Porter, 1976: 25).
2.    Samovar dan Porter juga mengatakan bahwa komunikasi antarbudaya terjadi di antara produser pesan dan penerima pesan yang latar belakang kebudayaannya berbeda (Samover dan Porter, 1976: 4).
3.    Charley H. Dood mengatakan bahwa komunikasi antarbudaya meliputi komunikasi yang melibatkan peserta komunikasi yang mewakili pribadi, antarpribadi, dan kelompok, dengan tekanan pada perbedaan latar belakang kebudayaan yang mempengaruhi perilaku komunikasi para peserta (Dood, 1991: 5).

4.    Intercultural Comunication yang disingkat “ICC”, mengartikan komunikasi antarbudaya merupakan interaksi antarpribadi antara seorang anggota dengan kelompok yang berbeda kebudayaan.
5.    Guo-Ming Chen dan William J. Starosta mengatakan bahwa komunikasi antarbudaya adalah proses negosiasi atau pertukaran sistem simbolik yang membimbing perilaku manusia dan membatasi mereka dalam menjalankan fungsinya sebagai kelompok. Komunikasi antarbudaya itu dilakukan:
a.    Dengan negosiasi untuk melibatkan manusia di dalam pertemuan antarbudaya yang membahas satu tema (penyampaian tema melalui simbol) yang sedang dipertentangkan. Simbol tidak sendirinya mempunyai makna tetapi dia dapat berarti kedalam satu konteks, dan makna-makna itu dinegosiasikan atau diperjuangkan.
b.    Melalui pertukaran sistem simbol yang tergantung dari persetujuan antarsubjek yang terlibat dalam komunikasi, sebuah keputusan dibuat untuk berpartisipasi dalam proses pemberian makna yang sama.
c.    Sebagai pembimbing perilaku budaya yang tidak terprogram namun bermanfaat karena mempunyai pengaruh terhadap perilaku kita.
d.   Menunjukkan fungsi sebuah kelompok sehingga kita dapat membedakan diri dari kelompok lain dan mengindentifikasinya dengan pelbagai cara.

B.  Model Komunikasi Antarbudaya
Dari gambar diatas, dapat disimpulkan bahwa tiga budaya diwakili dalam model ini oleh tiga bentuk geometric yang berbeda. Budaya A dan budaya B relatif serupa dan masing – masing diwakili oleh suatu segi empat dan suatu segi delapan tak beraturan yang hampir menyerupai segi empat. Budaya C sangat berbeda dari budaya A dan budaya B. Perbedaan yang lebih besar ini tampak pada bentuk melingkar budaya C dan jarak fisik dari budaya A dan budaya B.
Dalam setiap budaya ada bentuk lain yang agak serupa dengan bentuk budaya. Ini menunjukkan individu yang telah dibentuk oleh budaya. Bentuk individu sedikit berbeda dari bentuk budaya yang mempengaruhinya. Ini menunjukkan dua hal yaitu pertama, ada pengaruh–pengaruh lain di samping budaya yang membentuk individu. Kedua, meskipun budaya merupakan sesuatu kekuatan dominan yang mempengaruhi individu, orang–orang dalam suatu budaya pun mempunyai sifat–sifat yang berbeda.
Penyandian dan penyandian balik pesan antarbudaya dilukiskan oleh panah–panah yang menghubungkan budaya–budaya itu. Panah–panah ini menunjukkan pengiriman pesan dari budaya yang satu ke budaya lainnya. Ketika suatu pesan meninggalkan budaya dimana ia disandi, pesan itu mengandung makna yang dikehendaki oleh penyandi (encoder). Ini ditunjukkan oleh panah yang meninggalkan suatu budaya yang mengandung pola yang sama seperti pola yang ada dalam individu penyandi. Ketika suatu pesan sampai pada budaya dimana pesan itu harus disandi balik, pesan itu mengalami suatu perubahan dalam arti pengaruh budaya penyandi balik (decoder) telah menjadi bagian dari makna pesan. Makna yang terkandung dalam pesan yang asli telah berubah selama fase penyandian balik dalam komunikasi antarbudaya, oleh karena perbendaharaan perilaku komunikatif dan makna yang dimiliki decoder tidak mengandung makna–makna budaya yang sama seperti yang dimiliki encoder.
Model tersebut menunjukkan bahwa terdapat banyak ragam perbedaan budaya dalam komunikasi antarbudaya. Komunikasi antarbudaya terjadi dalam banyak ragam situasi yang berkisar dari interaksi–interaksi antara orang–orang yang berbeda secara ekstrem hingga interaksi–interaksi antara orang–orang yang mempunyai budaya dominan yang sama tetapi mempunyai subkultur dan subkelompok yang berbeda (Mulyana dan Rakhmat, 1998 : 20).

C.  Unsur-unsur Sosio-Budaya sebagai Bagian dari Komunikasi Antarbudaya
Kemiripan budaya dalam persepsi memungkinkan pemberian makna yang mirip pula terhadap suatu objek social atau suatu peristiwa melalui cara berkomunikasi, keadaan komunikasi, bahasa dan gaya bahasa yang digunakan dan perilaku nonverbal.
Oleh karena budaya itu bersifat kompleks, abstrak, dan luas maka banyak aspek dan unsur budaya yang turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya itu adalah sebagai berikut.
1.    Persepsi
Komunikasi antarbudaya dipahami sebagai perbedaan budaya dalam mempersepsikan objek-objek social dan kejadian-kejadian yang terjadi pada manusia. Komunikasi antarbudaya yang ideal mengharapkan banyaknya persamaan dalam pengalaman dan persepsi. Unsur sosio-budaya yang mempengaruhi persepsi dalam komunikasi antarbudaya meliputi:
Ø Sistem kepercayaan (belief), niali (value), dan sikap
Dalam komunikasi antarbudaya tidak ada hal yang benar atau hal yang salah. Misalnya, suara angin dapat menuntun perilaku seseorang ke jalan yang benar. Kita tidak dapat mengatakan bahwa kepercayaan itu salah, kita harus dapat mengenal dan menghadapi kepercayaan tersebut bila kita ingin melakukan komunikasi yang sukses.
Nilai adalah aspek evaluatif dari system kepercayaan, nilai, dan sikap. Nilai-nilai budaya umumnya bersifat normatif artinya nilai menjadi rujukan seseorang anggota budaya tentang apa yang baik dan apa yang buruk, yang benar dan yang salah, yang sejati dan palsu, positif dan negative, dan sebagainya. Misalnya, para pengendara dituntut untuk berhenti ketika tanda lalu lintas menunjukan berhenti dan para pekerja dituntut untuk dating di tempat kerja pada waktu yang ditetapkan.
Ø Pandangan dunia (world view)
Pandangan dunia sangat mempengaruhi komunikasi antarbudaya karena sebagai anggota suatu budaya setiap perilaku komunikasi mempunyai pandangan dunia yang tertanam dalam dan pada jiwa yang sepenuhnya dianggap benar dan ia otomatis menganggap bahwa pihak lainnya memandang dunia sebagaimana ia memandangnya. Misalnya, pandangan dunia orang Indian Amerika memandang kedudukan manusia bersatu dengan alam, sementara itu orang-orang Amerika asal Eropa kelas menengah mempunyai gambaran dunia yang berpusat pada manusia.
Ø Organisasi Sosial
Dua unit social yang dominan dalam suatu budaya yaitu keluarga dan sekolah. Keluarga sebagai organisasi social kecil berperan penting dan memberikan banyak pengaruh budaya kepada anak yakni sejak pembentukan sikap pertamanya sampai pemilihan atas barang-barang mainannya; penggunaan bahasa yakni mulai dari cara memperoleh kata hingga dialek; dan memberikan persetujuan, dukungan, ganjaran, dan hukuman yang mempengaruhi nilai-nilai yang anak kembangkan dan tujuan yang ingin dicapai. Sementara itu, sekolah sebagai penyambung yang menghubungkan masa lalu dan masa depan memelihara budaya dengan memberi tahu anggota-anggota barunya apa yang telah terjadi, apa yang penting, dan apa yang harus diketahui seseorang sebagai anggota budaya.
2.    Proses verbal
·      Bahasa Verbal, bahasa dapat diartikan sebagai suatu system lambing terorganisasikan, disepakati secara umum dan merupakan hasil belajar, yang digunakan untuk menyajikan pengalaman-pengalaman dalam suatu komunitas geografis atau budaya. Bahasa merupakan alat utama yang digunakan budaya untuk menyalurkan kepercayaan, nilai, dan norma serta alat bagi komunikan yang satu untuk berinteraksi dengan komunikan yang lainnya.
·      Pola-pola berpikir, pola-pola berpikir suatu budaya mempengaruhi bagaimana individu-individu dalam budaya itu berkomunikasi, yang nantinya akan mempengaruhi bagaimana setiap orang merespons individu-individu dari suatu budaya. Dalam hal ini, tidak diharapkan orang untuk dapat menggunakan pola-pola berpikir yang sama, namun diharapkan mampu memahami bahwa terdapat banyak pola berpikir dan belajar menerima pola-pola tersebut akan memudahkan komunikasi antarbudaya itu sendiri.
3.    Proses Nonverbal
·      Perilaku Nonverbal, komunikasi nonverbal kebanyakkan berlandaskan budaya, apa yang dilambangkan seringkali merupakan hal yang telah berbudaya dan disebarkan kepada anggota-anggotanya. Misalnya, lengan yang diangkat lurus ke atas dengan telapak tangan menghadap ke muka berarti menandakan itu “stop”.
·      Konsep waktu, merupakan filsafat tentang masa lalu, masa sekarang, masa depan, dan penting atau kurang pentingnya waktu yang mempengaruhi komunikasi.
·      Penggunaan Ruang, penggunaan ruang bergantung pada bagaimana cara orang menggunakan ruang sebagai bagian dalam komunikasi, khususnya komunikasi antarpersona yang disebut proksemika serta orientasi fisik yang turut menentukan hubungan social. Misalnya, orang-orang Amerika lebih senang duduk berhadapan muka, sebaliknya orang-orang Cina lebih senang duduk bersebelahan dan tidak nyaman jika duduk berhadapan muka.

Daftar Pustaka

2 comments: